6 Uniquely Indonesian Festivals

Indonesia is often referred to as the sleeping giant of Southeast Asia, and rightly so. With more than 18,000 islands in its archipelago, there is an amazing diversity of what to see and do while on holiday here.

Modernization has seen development (some would say over-development) wash over Jakarta, while Bali’s tourism continues to enjoy a gradual revival after the horrible 2002 bombing. There is also the mountains of Bromo and the mythical Borobudur for those looking for an off-the-beaten path attractions, as well as more than 6,000 inhabited islands.

Not surprisingly, Indonesia boasts various festivals that are unique to their culture, reflecting the assorted races and traditions in different parts of the archipelago. You’ll find this diversity in the following list of 6 Uniquely Indonesian Festivals, ranging from celebrations of art, batik, to dances and ceremonies. If possible, you’ll do well to catch any one of these festivals during your visit to Indonesia!

Tuping Karnaval and Mount Krakatau. Photo credit - canonian_eos and flydime.

Tuping Karnaval and Mount Krakatau. Photo credit - canonian_eos and flydime.

Krakatoa Festival

An annual festival held in Lampung, the Krakatoa Festival is held to celebrate the volcanic island by the same name, Krakatoa. This famed volcano erupted violently as far back as 1927, some of which has resulted in newer smaller islands, named Anak Krakatoa (Child of Krakatoa).

During the festival, one can enjoy various performances such as the Tuping Karnaval (Lampung Mask Carnival), elephant procession as well as assorted dance performances from Lampung and its surrounding townships. The finale of the event is a trip to the volcanic island itself, still active but sleeping dormant for the time being!

Bali Art Festival. Photo credit - saylow's and simon.monk.

Bali Art Festival. Photo credit - saylow's and simon.monk.

Bali Art Festival

One of the largest annual celebration of art and culture in Indonesia, the Bali Art Festival is always, always crowded. It is a full month of daily performances, arts exhibitions and other related cultural activities during which the whole of Bali comes along to present its offering of dance, music and beauty.

This famed celebration offers various performances such as forgotten village dances, trances from remote parts of Bali, food, offerings and handicrafts, as well as new creations from Denpasar’s dance schools and contemporary choreography from national and international artists.

Solo Batik Festival. Photo credit - sarasha and Aming Sutanto.

Solo Batik Festival. Photo credit - sarasha and Aming Sutanto.

Solo Batik Carnival

From a long time ago, the tradition of Batik has always had very strong roots in Solo. This central Java town has even taken Batik as its icon and identity, an apt portrayal of a town known for its royal beauty and calm demeanor. The Solo Batik Carnival was held to reinforce this tradition, and further promote Batik in international and national scale.

The event is a combination of ceremonies, fashion shows and carnival, all of which using Batik as a constant theme throughout. There will also be a bazaar offering various Batiks and souvenirs unique to Solo for your perusal.

Solo International Ethnic Music Festival

Another recent offering in Solo is the Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival, which focuses on performances and celebration of ethnic music. The event is a unique platform for collaboration between ethnic and modern music, local and international artists. The long list of performers includes artists from all over the archipelago, such as Minang, Riau, Yogyakarta, Surabaya, Papua, Kalimantan, and even foreign imports from Japan, Australia, India, New Zealand and many others.

The gamelan, and Yogyakarta's Sekaten. Photo credit - Jungle_Boy and protectglasgow.

The gamelan, and Yogyakarta's Sekaten. Photo credit - Jungle_Boy and protectglasgow.

Gerebeg Mulud

In Javanese, gerebeg means a crowd of people and mulud refers to one of the month in the Javanese calendar. This event, also known as Sekaten, is to celebrate the birthday of the Holy Prophet Muhammad. It is a day-long procession which sees two of the sacred gamelan (a Javanese musical instrument) transported towards the Mesjid Agung (Holy Mosque).

During the night there will be a street-side market in the north side of town to add to the revelries, a great spot to try various Javanese and Yogyakartan foods and hunt for souvenirs.

Papua Festival. Photo credit - jurvetson.

Papua Festival. Photo credit - jurvetson.

Lembah Baliem Festival

This uniquely Papuan festival traces its root in the belief held by the various local tribe that war is not only a conflict of power and interest, but also a symbol of fertility and prosperity. Since 20 years ago however, the local government has enforced peace between the warring tribes to prevent long-lasting vengeance and loss of life. So instead, the Lembah Baliem Festival was held to replace the war between the tribes.

As you can guess, the main event is the mock-war between the local tribes. Imagine more than 20 different tribes each with 30 to 50 people clad in traditional clothing, spears, bow and arrows and parang! There are also other performances and attractions, such as local traditional games, dance performances, as well as a cookout showcasing the local cuisine.

Vacationing to Indonesia? You may want to check out our other Indonesian-related content, such as theThermal Hot Pools in Bandung, Seminyak Shopping Guide and Sunset in Tanah Lot, Bali.

source : http://unearthingasia.com/exotic-south-east/6-uniquely-indonesian-festivals/

Lokasi Menyelam Menakjubkan Indonesia

Lebih dari 5 juta meter persegi perairan mengelilingi negara kepulauan Indonesia. Tidak diragukan lagi, Indonesia menjadi tempat bernaung bagi ratusan bahkan ribuan spesies makhluk bawah air dan gugusan karang yang indah dan berwarna-warni. Pastinya negara ini menawarkan banyak lokasi penyelaman yang merupakan impian kebanyakan penyelam.

Akibat keadaan politik yang sering bergejolak dan peringatan untuk wisatawan yang biasanya terlalu berlebihan, Anda akan jarang menemukan negara ini dalam daftar perjalanan kebanyakan turis. Untungnya bagi wisatawan yang berani dan berjiwa petualang, ini berarti lebih sedikit turis dan lebih banyak ketenangan, sehingga Anda lebih dapat menikmati keindahan sesuka Anda. Berikut adalah daftar dari delapan tempat menyelam yang menakjubkan di Indonesia.

Photo credits - jensen_chua & Roro Fernandez

Pulau Bintan, Riau

Mungkin ini adalah pulau yang paling mudah dicapai dari luar Indonesia, tempat penyelaman ini hanya satu jam dari kebisingan Singapura. Pulau ini memiliki hamparan pantai berpasir putih sepanjang 18 km dengan kehidupan lautnya yang kaya, serta beragam lokasi menyelam untuk Anda nikmati.

Tidak jauh dari garis pantai sebelah utara, terdapat ngarai kecil sedalam 8 meter dengan dasar yang rata, sangat cocok untuk Anda yang baru pertama kali belajar scuba diving. Tempat unik lainnya adalah lokasi kapal karam, Anda dapat mengeksplorasi sisa-sisa kapal tanker tua yang karam bertahun-tahun lalu di kedalaman laut.

Photo credits - tjhinn & Ria Qorina Lubis

Kepulauan Seribu, Jakarta

Area unik ini terdiri dari ratusan pulau kecil (makanya dilebih-lebihkan jadi 'Kepulauan Seribu'), adalah tempat wajib bagi penyelam asal Jakarta. Dari bermacam pulau tersebut, beberapa yang terkenal yaitu Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, Karang
Bongkok, Pulau Sepa dan Pulau Pantara.

Pulau Seribu sangat mudah dicapai, Anda hanya perlu menyewa speedboat dari Marina atau kapal nelayan dari satu dari sekian pelabuhan. Hanya sekitar satu atau dua jam dari Jakarta, Anda akan bisa menyelam sepuasnya. Beberapa pulau yang lebih besar
menyediakan akomodasi lebih baik sekelas resort dan villa, tetapi Anda butuh menyewa kapal untuk mencapai pulau-pulau kecil – tempat karang-karang indah berada!



Photo credits - Gage Batubara

Karimun Jawa, Jawa Tengah

Bagian lain dari Laut Jawa yang juga merupakan surga bagi para penyelam adalah sebuah pulau di seberang laut dari Semarang, Jawa Tengah. Tempat ini, disebut Karimun Jawa, merupakan rangkaian 27 pulau kecil dikelilingi oleh laut yang kaya akan gugus karang biru Acropora. Para penyelam dapat menjelajahi sisa-sisa dari Indonour, sebuah kapal pedagang kuno yang karam pada 1955. Suguhan tambahan di sini adalah beragam penyu laut yang ditetaskan di taman perlindungan alam.

Photo credits - degi

Pulau Derawan, Kalimantan Timur

Sekitar 50 mil dari Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, sebuah area yang meliputi pulau-pulau kecil. Tempat ini dipenuhi dengan gugusan koral spektakuler dan gua bawah laut untuk penjelajah berjiwa petualang. Derawan memiliki lebih dari 17 lokasi penyelaman, tiap lokasi memiliki atraksi unik tersendiri untuk Anda nikmati. Beberapa tempat yang terkenal adalah Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban dan Pulau Maratua.

Di Pulau Sangalaki Anda dapat menemukan pari elang, pari, hiu macan dan sotong. Setiap malam Anda bisa melihat penyu hijau raksasa menetaskan telur di pulau ini. Atraksi utama Pulau Kakaban adalah danau air asin yang dihuni oleh ubur-ubur yang tak menyengat dan ikan gobi. Sementara di Pulau Maratua, Anda akan menemukan banyak ikan berukuran besar seperti barakuda, tuna dan mackerel. Turis bahkan sempat melihat hiu kepala martil dan sampai delapan spesies paus di sini.


Photo credits - smulan77 & thejerk

Pulau Komodo, Flores

Pulau ini biasanya dikenal karena menjadi tempat bermain bagi komodo, spesies kadal raksasa. Untuk scuba diving, Pulau Komodo juga memiliki sejumlah lokasi penyelaman terbaik di negeri ini. Dari Sebayour Kecil, Pulau Tengah Kecil dan Pantai Merah menawarkan beragam atraksi bawah laut seperti beragam mackerel, kod dan ikan kerapu.

Di Pantai Merah, tidak jauh dari pantai, Anda akan menemukan 5 meter turunan penuh ikan berwarna-warni. Terdapat lebih banyak lokasi penyelaman di pantai bagian barat dari Flores seperti, Pulau Tatawa, Pulau Tatawa Kecil, Pulau Rinca dan Pulau Nusa Node.

Photo credits - Saylow's & whitecat-singapore

Nusa Penida, Bali

Pulau Nusa Penida, berlokasi di timur Bali, merupakan lokasi terkenal untuk penyelam lokal maupun internasional. Sekitar satu jam dari Bali, pulau ini memiliki beberapa gugusan karang yang sangat sehat, yang jelas terlihat pada kedalaman 15 sampai 30 meter.

Bagi pemula, trdapat bermacam lokasi penyelaman di pantai sebelah timur pulau ini yang cocok untuk dijelajahi. Pada pantai sebelah selatan terdapat Blue Corner, Nusa Lembongan dan Gamat, lebih tepat untuk penyelam berpengalaman yang mencari tantangan. Ikan matahari sering terlihat di Teluk Crystal sementara manta birostris merupakan pemandangan biasa di Manta Point.

Photo credits - naturemandala & Erwin Kodiat

Bunaken, Sulawesi Utara

Tempat ini merupakan lokasi penyelaman terkenal yang memiliki reputasi internasional lebih baik dari lainnya, terdiri atas pulau-pulau kecil seperti Pulau Sialdoen, Gangga, Mantehage, Nine dan sebuah gunung tua di tengah laut, Manado Tua. Snorkeling dan
menyelam sangat terkenal di sini dengan lebih dari enam belas titik penyelaman tersebar di seluruh area pulau-pulau. Bunaken memiliki lekukan sedalam 30 meter, tempat tinggal beragam spesies ikan dan kehidupan laut lainnya. Penampakan hiu adalah hal yang biasa, jadi berhati-hatilah!

Photo credits - CW_Ye

Selat Lembeh, Sulawesi Utara

Masih di Sulawesi Utara ada ikon lain dunia penyelaman, Selat Lembeh. Lokasi ini terkenal secara internasional dengan keragaman biota lautnya yang hanya ada di tempat itu. Di sini anda akan dapat menemukan gurita mimic, kuda laut pygmy, sotong, dan frogfish berambut. Tempat ini merupakan surga untuk fotografi bawah laut dan sering disebut “Kiblat dari Fotografi Makro”. Bagaimanapun juga tetap waspada, keindahan Selat Lembeh diperuntukkan bagi penyelam yang berpengalaman.

Perempuan Dayak dan Budaya Sungai

Sumber: Marko Mahin

Kalimantan. Inilah pulau raksasa yang dialiri oleh ribuan sungai besar dan kecil. Bagi para penduduk pribumi asli Kalimantan yaitu orang - orang Dayak, sungai - sungai yang membentang d penjuru pulau itu bukanlah sekedar sumber air minum, tempat mandi, tempat mendapat ikan, dan alat transportasi tetapi juga orientasi hidup bahkan identitas diri.

Dikatakan sebagai orientasi hidup karena banyak kegiatan sehari - hari dilakukan di sungai, mulai dari mandi, mencuci, menangkap ikan dll. Kemudian bangunan rumah, tempat ibadah, bahkan kuburan banyak dibangun di tepi -tepi sungai. Acara - acara ritual yang sucipun banyak dilakukan disungai, misalnya membaptis bayi atau memberi nama kepada bayi yang baru lahir, atau ritual meminta kesembuhan, rejeki, keberuntungan kepada Jata sang penguasa sungai.

Sebagai identitas diri tampak ketika orang - orang Dayak mengidentifikasi diri mereka dengan nama sungai yang melintas di kampung kelahiran mereka, misalnya Oloh katingan, Oloh Kapuas, atau Oloh Kahayan. Oloh berarti "orang" sedangkan Katingan, Kapuas, Kahayan adalah nama - nama sungai. Hal itu menunjukkan bahwa mereka orang yang berasal dari atau tinggal di daerah aliran sungai itu. Lebih jauh lagi, konon kalau orang - orang Dayak meninggal dunia, untuk menuju ke Lewu Tatau atau Sorga Loka mereka tidaklah melewati jalan raya dengan memakai kereta kencana, tetapi menyusuri sungai dengan naik perahu. Karena itu tidak heran kalau orang - orang Dayak juga dilihat sebagai manusia sungai ( rivering people ) dan memiliki budaya sungai.

Tentu ada banyak hal yang bisa kita gali mengenai budaya sungai di Kalimantan. Namun tulisan yang bersifat reflektif ini hanya ingin memaparkan dua hal, yaitu :

1. Bagaimanakah perempuan beraktifitas dalam masyarakat berbudaya sungai ini ?

2. Apa alasan utama mereka melakukan itu ?


Perempuan dan Sungai sebagai Ruang Publik

Perkampungan di Kalimantan biasanya didirikan di tepi sungai. Dengan pola linear perkampungan, berupa rumah - rumah panggung, didirikan mengikuti alur sungai. Rumah - rumah dengan tiang, lantai, dinding, maupun atap terbuat dari kayu, umumnya selalu menghadap ke sungai. Setiap rumah ( keluarga batih ) memiliki batang, yaitu sejenis rakit yang ditempatkan didepan rumah yang berfungsi sebagai tempat mandi, cuci dan jamban ( MCK ) sekaligus tempat menambatkan perahu atau kapal. Terkadang satu batang dipakai oleh beberapa keluarga.

Diatas rakit kayu yang disebut batang inilah para perempuan Dayak banyak melakukan aktifitasnya. Pagi - pagi biasanya mereka sudah turun ke batang untuk mencuci pakaian dan peralatan dapur, mandi atau melakukan kegiatan lainnya mengeluarkan air dari dalam perahu. Di beberapa daerah dimana ada pedagang sembako dengan menggunakan perahu, misalnya Kuala Kapuas, di batang juga para perempuan dapat berbelanja sayur, ikan dan beras. Ketika hari agak siang, mereka bisa saja turun ke batang untuk menciduk air satu atau dua ember dan kemudian membawanya kedalam rumah.

Ketika mereka mandi dan mencuci biasanya berlalu - lalang alat - alat transportas sungai pembawa penumpang misalnya perahu klotok ( perahu bermesin ), kapal atau speed boat. Kalau ada salah satu anggota keluarga kebetulan akan bepergian, maka transportasi sungai akan berhenti sebentar di batang untuk menjemput calon penumpang. Dengan demikian batang juga menjadi semacam "pelabuhan".

Tentu saja ketika beraktifitas di batang para perempuan tidaklah dengan pakaian resmi dan lengkap. Hanya dengan sehelai kain sarung yang dipakai sebagai pembungkus tubuh mereka melakukan kegiatan mencuci dan mandi. Pemakaian busana yang demikian tentunya karena alasan praktis saja yaitu agar tidak repot. Memang ada semacam "kode" dalam acara pemakaian kain sarung ketika mandi dan mencuci di batang. Bila kain sarung itu dililitkan sebatas dada maka perempuan itu ( kendati masih tampak muda ) adalah perempuan yang sudah menikah atau seorang janda. Bagi perempuan yang belum menikah, kain sarung tidak dililitkan sebatas dada tetapi diikat di bahu.

Di batang bisa saja ada para lelaki yang berbaur mandi dan mencuci. Kaum laki - laki, ketika mandi di batang biasanya berbusana minim lagi, yaitu hanya dengan memakai celana dalam saja. Anak laki-laki yang belum akil baliq biasanya mandi telanjang bulat dan itulah saat bermain yang mengasyikan bagi mereka.


Pewaris Budaya Sungai

Dari paparan diatas tampaklah bahwa sungai bagi orang - orang Dayak yang tinggal di tepi sungai merupakan ruang publik ( public space ). Sungai dalam hal ini batang, telah menjadi tempat berjual-beli ( pasar ), pelabuhan, tempat bermain anak-anak, dan tempat berlalu lalang bagi penjual jasa transportasi sungai.


Batang atau tepi sungai tempat batang berada, bukanlah sekedar tempat mandi, cuci dan kakus ( MCK ) tetapi menjadi tempat perjumpaan orang-orang. namun ditempat itulah ( ruang publik itulah ) para wanita mandi dengan hanya mengenakan kain sarung. Semuanya itu dilihat sebagai sesuatu yang normal, biasa, alami, dan tidak sama sekali melanggar hukum.


Mandi di sungai bagi perempuan-perempuan Dayak tidak ada hubungannya sama sekali dengan Barat apalagi dengan yang namanya liberalisme atau nihilisme. Juga sama sekali tidak hubungan dengan konsepsi pamer aurat dan kemaluan. Beribu-ribu tahun sebelumnya datangnya budaya dan agama asing ke Kalimantan, mandi di sungai telah mereka lakukan.

Mereka melakukan itu karena mereka adalah orang-orang sungai dan pewaris budaya sungai yang tinggal di belahan Timur dunia ini, tepat di pulau Kalimantan. Alam yang serba sungai membuat mereka bertingkah-laku dan berbudaya sungai. Karena itu ada banyak aktifitas hidup dilakukan di sungai.

Adalah salah besar kalau menilai para perempuan yang mandi di sungai dengan hanya berbalut selembar kain dianggap tak I beradat dan tak tahu malu. Dalam Tata HukumAdat Dayak, perempuan dipandang begitu berharga, dan dilihat sebagai simbol martabat keluarga atau kampung. Karena itu ada banyak hukum-hukum adat yang dibuat dalam rangka memagari agar tidak terjadi tindakan yang tidak sopan terhadap perempuan. Berlaku tidak sopan terhadap perempuan dianggap sebagai pali yaitu melanggar hukum adat.

Hukum Adat Dayak Ngaju akan menghukum seorang laki-laki yang secara sengaja mengintip perempuan mandi. HukumAdat juga mengatur bahwa bila ada seorang perempuan yang sedang mandi sendirian di batang, maka seorang laki-laki (yang bukan suami atau saudara dekat) tidak boleh berpura-pura lewat, mendekat atau mandi bersama dengan perempuan dalam satu batang. Apabila sampai terjadi maka yang dihukum adalah laki-laki itu saja. Hanya lelaki yang tidak tahu adat yang mencari kesempatan untuk bisa mandi berdua-duaan dengan seorang perempuan.

Dengan demikian tampaklah bahwa alam lah telah mengakibatkan para perempuan berbudaya sungai yaitu mandi dengan pakaian sehelai kain. Alamjuga yang membuat orang-orang Dayak membuat rumah panggung bertiang tinggi. Alam yang saya maksudkan di sini adalah sungai yang mengalir tepat di depan rumah dan cuaca tropik yang mempunyai daya paksa tinggi untuk menggiring orang pergi mandi.

Jadi, jikalau ada upaya hendak menghentikan atau melarang para perempuan mandi di sungai maka dua hal ini yang harus dilakukan yaitu mencemari atau menimbun habis sungai-sungai yang ada sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai tempat mandi lagi dan mengganti iklim tropik yang panas-lembab itu dengan cuaca yang Ya, pewaris budaya sungai akan terus mandi di sungai selama sungai ada dan iklim tropik masih panas.

Dalam Rumah Bersama
Budaya sungai hanyalah salah satu dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia. la ada karena kehendak alam. Budaya sungai adalah satu fakta historis yang hidup di tengah masyarakat Indonesia. la akan terus hidup selama ada sungai yang layak untuk mandi, dan ada orang-orang yang tinggal di tepi sungai. Mungkin di tempat lain yang langka dengan air dan sungai mengalir, budaya ini sama sekali asing, aneh atau tidak ada sama sekali. Namun itu bukan berarti ia harus ditolak, direndahkan dianggap kafir, tidak beradab,perlu ditobatkan dll.

Ya, kita memang memerlukan rumah bersama, dimana berbagai macam ragam budaya boleh hidup bersama untuk saling memperkaya dan menguatkan. Adakah rumah bersama itu benama Pancasila?

www.faji.org
Senin, 22 November 2010

Federasi Panjat Tebing Indonesia (Indonesian Climbing Federation)


FPTIThe FPTI was established in April 21, 1988 in Jakarta by about 25 climbers which is coming from Bandung, Jakarta, Surabaya, and Yogyakarta to names some lead by Mr Harry Suliztiarto who introduced the activity in the very early of 80's in Bandung.

Union Internationale Alpinism Association (UIAA - International Climbing and Mountaineering Federation) was acknowledged FPTI to be it's full member in 1992. Two years later in 1994 Indonesian National Sport Committee was accepted full member status for FPTI. In the early 2007 with other 48 national climbing federation, FPTI formed International Federation of Sport Climbing (IFSC) during a special meeting in Singapore.

With Malaysian and Singaporean counterparts, FPTI formed the Southeast Asia Climbing Federation (SEACF) in 1996. SEACF held some activities such as competitions, meetings, and climbers gathering. In 2010 SEACF has success to include the sport climbing to be a competed sport in the SEA Games 2011.

Nationally, FPTI is a member of Indonesian Olympic Committee and Indonesian National Sport Committee. FPTI has 32 provincial branches and hundreds regency chapters in Indonesia. About thousand climbers actively do climbing articifial wall or natural rock in Indonesia.

Sport climbing already compete in national olympic games (PON) since 2000 in East Java, in the last Games climbers compete for 21 gold medals.

In cooperation with government officials, FPTI has extended climbing activities to be a tourism interest, where FPTI has initiated to clean up some nice climbing cliffs in remote areas to be tourism destinations.

source : http://fpti.seacf.org/


Indonesian Climbing Federation will introduce new speed event name speed track in sport climbing during the next SEA Games 2011 in Indonesia.

The event will be tried out couples months before the Games to ensure all speed climbers who will compete common to the route. The new event will have route proper for any height and any age of the climbers, while speed record IFSC standard will be a problem when climbers height no more than 150cm.

The speed track event has beem tried during Indonesian Open Extreme Games in Bandung last year, and has been intrduced to IFSC Plenary Assembly in the beginning of this year.

source : http://fpti.seacf.org/

Anatomi Standard Panjat Tebing


Standarisasi adalah pembakuan berbagai aspek yang terkait dengan panjat tebing. Baik dari sisi kegiatan, peralatan, maupun fasilitas.

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu diketahui bahwa kegiatan panjat-memanjat pun meliputi beberapa bidang tujuan manusia. Ada yang melakukan kegiatan memanjat untuk mencari nafkah seperti para pekerja pemasang tower telekomunikasi, penyadap nira kelapa, atau para buruh pekerja di bangunan tinggi.

Selain itu ada juga yang melakukan kegiatan memanjat untuk tujuan rekreasi dan pemuasan hasrat petualangan seperti yang banyak dilakukan para pemanjat tebing di tebing-tebing batu. Dan ada juga yang melakukan pemanjatan untuk tujuan prestasi olahraga seperti yang saat ini dilakukan oleh ribuan atlit panjat tebing.

Setelah kita tahu tujuan kegiatan pemanjatan harusnya kita sudah tahu siapa yang berhak melakukan standarisasi manjat-memanjat di Indonesia. Untuk tujuan mencari nafkah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi lah yang berhak, dibawah payung Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Selanjutnya untuk tujuan rekreasi dan prestasi Menteri Pemuda dan Olahraga yang berhak dibawah payung Undang-undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Standarisasi adalah suatu kegiatan yang sangat teknis, membutuhkan pemahaman yang cukup ribet agar suatu standard yang diterbitkan nantinya dapat membantu tujuan pemanjatan dicapai. Jika tidak ditangani dengan proper, akan terjadi tumpang tindih standard yang akhirnya akan mengaburkan tujuan tersebut.

Berdasar pemikiran itu FPTI telah membentuk satu badan otonom bernama Badan Standarisasi dan Akreditasi Pemanjatan Indonesia (BSAPI). Badan ini mempunyai tugas yang sangat berat yaitu membangun suatu sistem standard yang akan mencakup kegiatan, peralatan dan fasilitas pemanjatan untuk prestasi maupun rekreasi atau petualangan.

source : http://fpti.seacf.org/